CNBC Indonesia: Krisis Hantam Banyak Negara, Pemain Ritel Global Panik Parah!
Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah kepanikan atas krisis rantai pasokan besar-besaran di sejumlah negara, para perusahaan ritel justru memesan secara berlebihan atau melakukan pesanan terlalu dini. Sehingga hal ini dinilai memperburuk keadaan.
“Tiba-tiba, pengecer dan produsen memesan berlebihan karena masalah rantai pasokan ini, dan itu mengarah ke skenario yang lebih buruk,” Kata CEO perusahaan teknologi rantai pasokan Quincus, Jonathan Savoir, kepada CNBC dalam program “Squawk Box Asia” pada hari Senin lalu.
Savoir mengungkapkan, rantai pasokan di sejumlah negara telah dilanda gangguan besar-besaran tahun ini akibat kekurangan peti kemas, banjir hingga pandemi Covid-19 yang memicu penutupan pelabuhan. Hal itu diperburuk dengan permintaan yang meroket, seiring perekonomian yang dibuka kembali.
Terbaru, krisis energi yang melanda di China hingga Eropa membuat guncangan pada industri perkapalan. Selain itu, krisis listrik di China menyebabkan gangguan yang meluas karena otoritas lokal memerintahkan pemadaman listrik di banyak pabrik. Belum lagi, Eropa juga bergulat dengan kekurangan gas besar-besaran.
Savoir menyoroti fenomena pengecer yang terlalu banyak menimbun dapat menyebabkan krisis kapasitas yang lebih besar dan mengarah pada apa yang disebutnya “efek bullwhip”, yaitu istilah yang menggambarkan bagaimana perubahan kecil dalam permintaan di tingkat ritel dapat secara progresif menyebabkan pergerakan permintaan yang lebih besar yang berdampak pada grosir, distributor, dan produsen.
Pemasok bahan baku akan merasakan dampak terbesar. Skenario terburuk dari efek ini adalah kalkulasi permintaan yang terdistorsi dan pesanan yang tidak terpenuhi.
RBC Wealth Management juga menyoroti masalah serupa dalam catatan 15 Oktober lalu.
“Karena masalahnya sudah diketahui, pesanan untuk bahan baku, suku cadang, dan barang jadi sekarang ditempatkan lebih awal dari biasanya, yang memperpanjang antrian, menciptakan lingkaran setan,” kata RBC Wealth Management dalam catatannya.
Saat musim liburan mendekat, mereka yang berada di industri rantai pasokan telah memperingatkan bahwa kemungkinan akan terjadi kekurangan barang, atau harga akan meroket karena permintaan yang meningkat, namun pasokan rendah.
Krisis rantai pasokan diperkirakan akan memukul pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia, yang membuat IMF memangkas perkiraan pertumbuhan global pada pekan lalu, dengan pertimbangan gangguan rantai pasokan di negara maju sebagai salah satu faktornya.
“Kemacetan (dalam rantai pasokan) tidak mungkin hilang dalam semalam,” tulis RBC Wealth Management.
Tim analitik data perusahaan, RBC Elements, melakukan penelitian pada bulan September yang menemukan bahwa 77% dari pelabuhan utama yang dipantau mengalami waktu penyelesaian yang “sangat lama”, dan bahwa masalah rantai pasokan global secara keseluruhan ini cenderung “benar-benar lebih buruk.”